Selasa, 29 September 2009

Sejarah Singkat Silambawiqri


Bapak Kyai. Achmad Fathoni. Kr
SILAMBAWIQRI singkatan dari “Silat Tenaga Dalam Bathin Wiqoyah dan Riayah”. Ide mendirikan perguruan Silambawiqri di awali melihat penomena beberapa perguruan silat bela diri yang cukup banyak jenisnya, dari perguruan silat seni seperti Cimande, cikalong dan sebagainya, perguruan silat pernapasan murni seperti garuda putih, dan beberapa perguruan silat kebatinan yang diperoleh dari tirakat puasa dan amalan-amalan hijib. Yang terakhir ini biasanya di kembangkan oleh para ustadz/kyai di pondok pesantren kepada para santrinya, yang sering di sebut ilmu “nyambat”. Dari sekian banyaknya aliran perguruan silat yang ada, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya, sehingga kerap kali terjadi pertikaian di antara anggota perguruan, dengan asumsi perguruan merekalah yang paling baik. Sehingga Ach. Fathoni merangkumnya dengan “Silamba” (Silat Tenaga Dalam Batin). Yang di gabungkan dengan cita-cita beliau sejak kecil untuk menadi guru agama, maka dunia pendidikan harus mengalami pembaharuan. Selain dunia pendidikan, Ach. Fathoni yang sudah aktiv sejak sekolah di dunia organisasi, mengharapkan murid-muridnya juga memiliki kemampuan dalam mengelola organisasi atau menjadi organisatoris dan menjadi pemimpin ummat yang bertanggung jawab.

Dari ide pemikiran tersebut maka Ach. Fathoni menakan perguruan dengan nama “SILAMBAWIQRI” yaitu singkatan dari Silat Tenaga Dalam Batin (Silamba), Wiqoyah (pendidikan) dan Riayah (Kepemimpinan). Maka Ach. Fathoni memberanikan diri untuk membuka perguruan Silambawiqri pada tanggal 29 Agustus 1993 M / 12 Rabiul Awal 1414 H, yang di pararelkan dengan acara Isra’ Mi’raj Nabi SAW sekaligus penerimaan anggota baru Silambawiqri. Yang berlokasi di kampung Palaton, Jaura kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak propinsi Banten.

Waktu itu Visi Silambawiqri adalah ; “Berupaya Mencetak Patriot yang Agamis dan Bertanggung Jawab”. Adapun Misinya yaitu tercermin dari namanya

1. Silamba (Silat tenaga dalam Bathin) “Mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang patriotik, memiliki keterampilan silat bela diri, keterampilan tenaga dalam (olah pernapasan), dan kebatinan”. Untuk mewujudkan misi Silamba ini di butuhkan suatu tempat pelatihan yaitu padepokan. Fungsinya sebagai media jihad dan latihan kependekaran, agar dapat melahirkan para pejuang, para pahlawan, para mujahid, para pendekar atau SDM berjiwa patriotik.

2. Wiqoyah (pendidikan) ; kalimat wiqoyah di ambil dari penggalan ayat al-Qur’an surah at-Tahrim ayat 6 yang bunyinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Kata قﻭا bentuk amarnya berarti “hendaklah jaga olehmu”, dalam bentuk masdar (kata benda dasar)nya “wiqoyah” yang artinya “penjagaan, pemeliharaan”. Menurut Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa untuk dapat mewujudkan ayat tersebut harus melalui lembaga pendidikan. Maka jelaslah bahwa sangat dibutuhkan berdirinya lembaga pendidikan Islam, yang dalam literatur jawa di sebut dengan Pondok Pesantren. Dari lembaga pendidikan di Pondok Pesantren inilah diharapkan dapat melahirkan para pemuka agama, para kyai, para Ustadz dan para santri yang berkualitas. Dengan demikian Misi Wiqoyah (pendidikan) yaitu “mencetak sumber daya manusia yang baik, meningkatkan kualitas SDM yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil menyimak kitab kuning, mahir berbahasa Arab dan Inggris, berakhlak mulia, berkepribadian mandiri, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, bela diri untuk bela bangsa dan angama, hormat terhadap hasil ijtihad para ulama, dan menyiapkan kader panutan ummat”

3. Riayah ; kalimat riayah di ambil dari penggalan sebuah hadits Nabi SAW yang bunyinya : “kamu semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin itu akan di mintai pertanggung jawabannya (mas’ulah) atas apa yang di pimpinnya”. Kalimat (راع) adalah kalimat isim fa’il, dengan bentuk masdarnya yaitu “riayah” yang artinya “kepemimpinan”. Dengan begitu, untuk mewujudkan Riayah, diperlukan wadah pelatihan kepemimpinan sebagai media kaderisasi yaitu organisasi (Nidzom). Maka Misi Riayah adalah : “sebagai media kaderisasi pemimpin yang agamis dan patriotik serta bertanggung jawab”

0 komentar:

Posting Komentar